Teya Salat

kiriman


Aku bergidik dalam lingkar gelap yang penat.
Terasa sendiri ini berkerumun bak semut pada tulang kaki.
Menerobos kemuakkan batang hari yang berayun pada rantai tanggalan kamar.
Aku bukan gambar kemenangan yang terus terukir diruas-ruas utera malam dan berdebu.
Aku mati inspirasi pada kesepianmu yang menggeliat seperti pasir siang.
Wajah hari ini suram tampak pada kelopak kulit hari yang sudah tidak muda lagi.
Serta ketakutan tak berbalas oleh pramunia sayup kota yang terlelap.
Kau menunjukkan aku merasa perasaan yang begitu besar.
Hingga kita salah menjadi misionaris cinta yang manja.
Akulah pondok singgah yang memberontak nalar-nalar akar otakmu yang padat akan sepi.
Kemudian kita saling tuduh lalu kalah dalam pronolog yang riuh lagi tegas.
Kita terus berbicara dengan pena.
Mengemas skema hari-hari yang diam dan fluktuatif.
Dan kemudian kau kembali lagi seperti oase hangat yang meneduhi aku lewat jingga-jingga warnamu.

kembali ke beranda